Ajak Orang di Sekitarmu!
Suaramu kamu dan kita semua sangat berarti!
Tahukah kamu kalau setiap petisi yang kita kirimkan dalam kampanye PENA berisi email yang akan langsung terkirim kepada target kampanye kita? Ya benar! Petisi kita kan langsung terkirim kepada Ibu Puan Maharani, Pak Jokowi, dan target lainnya. Karena itu kita butuh bantuan kamu semua untuk tidak hanya mengisi petisinya saja tapi juga ikut mengajak komunitas kamu untuk ikut mengisi dan ikut mendesak. Baik kamu cuma punya waktu 5 menit atau kamu punya waktu satu minggu, kamu punya cara untuk berpartisipasi dalam kampanye ini. Jangan lupa juga cek “Campaign Hub” di bawah ini yang sudah kakak-kakak staff Amnesty International Indonesia siapkan untuk kampanye kamu. Check this out!
Punya waktu 5-10 menit? Isi petisi dan sebarkan tautan PENA di media sosial
Kamu ingat kan kalau petisi kita berbentuk email yang akan terkirim langsung ke target kampanye? Jadi walaupun kamu hanya punya waktu lima menit, suara kamu tetap bisa terdengar oleh pemerintah lho! Kalau kamu punya lima menit, kamu bisa lakukan hal berikut:
-
Isi petisi, nggak cuma satu tapi semua kasus yang kita kampanyekan
Ini yang paling simpel. Dijamin 3 menit selesai.
- Kamu cukup klik 4 laman petisi yang ada di laman ini, baca petisi dan draft emailnya, kamu juga bisa merubah isi email jika kamu berkenan.
- Masukkan nama dan email kamu dan klik kirim!
- Kamu nggak usah khawatir karena semua email kamu nggak akan terlihat sebagai pengirim email. Emailnya akan beratas namakan Amnesty International Indonesia. Jadi semua data kamu dijamin aman!
-
Bagikan tautan petisi ke komunitas kamu melalui Whatsapp
- Copy tautan petisi yang ingin kamu sebar (Semua tautan petisi ada di Campaign Hub di bawah!)
- Masuk ke aplikasi Whatsapp di ponsel kamu dan pilih kontak mana yang akan kamu bagi tautan kampanye ini.
- Paste tautan kampanye yang sudah kamu pilih
- Kamu bisa gunakan caption yang sudah disediakan di Campaign Hub atau kamu bisa buat caption kamu sendiri!
HOT TIPS: Bagikan tautan ke grup alumni sekolah, komplek perumahan, atau grup kerja kamu supaya lebih banyak orang yang bisa lihat petisinya dan ikut kampanye bareng kamu!
-
Sebarkan tautan petisi lewat Twitter dan Facebook
- Kamu dapat mengunjungi laman kasus PENA yang ingin kamu sebarkan.
- Klik tombol Tweet atau bagikan di Facebook, atau bahkan kamu bisa melakukan keduanya. Tombol tersebut ada di samping kiri halaman.
- Kamu bisa gunakan caption yang sudah disediakan atau kamu bisa buat caption kamu sendiri!
- Sebarkan tautan tersebut ke dunia maya.
-
Sebarkan poster kampanye PENA lewat Instagram
- Scroll laman ini sampai kamu menemukan Campaign Hub.
- Unduh salah satu atau seluruh poster yang ingin kamu sebarkan.
- Unggah poster tersebut pada akun Instagram kamu dan gunakan caption yang sudah disediakan untuk postingan ini. Dalam caption yang sudah disediakan, terdapat tautan pendek untuk mempermudah kamu dan teman-teman lainnya untuk mengakses tautan petisi!
- Tag akun Instagram @amnestyindonesia.
-
Unggah dan sebarkan postingan kamu!
Masih punya waktu dan ingin melakukan aksi lebih untuk HAM? Presentasikan kampanye PENA di komunitasmu!
Aksi kita bersama dalam kampanye PENA ini memang nyata dan berdampak! Kalau kamu masih punya waktu, kamu bisa membawa kampanye ini ke komunitas kamu dan ajak mereka untuk mendesak pemerintah juga! Caranya gimana?
- Unduh dan gunakan materi-materi yang ada di Campaign Hub dalam presentasi kamu!
- Hubungi komunitas kamu dan ceritakan tentang kampanye PENA. Kamu bisa bawa kampanye ini dalam salah satu kelas di kampus, rapat komunitas, perkumpulan ibu-ibu PKK, sekolah minggu, takmir masjid atau komunitas lainnya.
- Presentasikan kasus kampanye PENA dalam komunitas kamu!
Masih bingung materinya dari mana? Caranya gimana? Aduh, takut salah dan malah menyebarkan hoaks? Jangan khawatir! Staf Amnesty International Indonesia bisa bantu kamu kok! Teman-teman dari Amnesty International Indonesia nanti akan membantu memberikan kamu coaching agar bisa presentasi kasus, membantu menyusun materi, dan memberikan saran lainnya! Nanti kami yang akan bantu siapkan materi dan jawab semua pertanyaan kamu.
Tapi kalau kamu masih ragu dan ingin Amnesty International Indonesia saja yang menyampaikan informasi ke komunitasmu, bisa juga dong!
Yuk kenalkan PENA ke komunitasmu! Tekan tombol di bawah ini untuk menghubungi Amnesty International Indonesia!
Hubungi Amnesty International Indonesia!
Setelah melakukan semua aksi ini lalu bagaimana kelanjutannya dan apa yang kamu dapat?
Kampanye PENA Amnesty International Indonesia adalah sebuah kampanye yang berkelanjutan. Prosesnya tidak hanya berhenti sampai penandatanganan petisi saja. Setelah petisi terkumpul, Amnesty International Indonesia akan menyerahkan petisi kepada target kampanye. Di akhir periode kampanye di bulan Desember nanti, Amnesty International Indonesia akan secara langsung melakukan audiensi dengan Puan Maharani, Kemenkumham, Kapolri, dan pihak-pihak lainnya!
Dengan mengikuti dan berkontribusi pada kampanye PENA Amnesty International Indonesia, tentunya kamu akan mendapat pengetahuan, pengalaman dan kesempatan untuk membuat perubahan! Kontribusi kamu sangat berarti untuk kemajuan HAM di Indonesia.
Tidak hanya itu saja, menjelang akhir program PENA, kami akan memilih beberapa surat menarik yang akan kami tampilkan di akun media sosial kami sebagai bentuk apresiasi kepada peserta yang sudah menulis surat. Kamu juga berkesempatan ikut audiensi publik bersama pejabat pemerintah atau anggota parlemen loh!
Campaign Hub
Esther Haluk |
Victor Yeimo |
Blok Wabu |
Fatia Maulidiyanti |
|
|
|
|
|
|
Caption Esther Haluk dan beberapa aktivis Papua lainnya ditangkap setelah sebelumnya demonstrasi damai terkait penolakan daerah otonom baru (DOB) yang mereka gelar di Jayapura direspon secara represif oleh aparat keamanan, dan dibubarkan paksa dengan pentungan dan meriam air. Kamu bisa ikut membantu dengan menulis #PesanPerubahan dan desak Kapolri untuk melindungi hak kebabasan berserikat dan berkumpul Orang Asli Papua!
|
Caption Victor Yeimo terancam hukuman penjara selama 20 tahun hingga seumur hidup setelah ia ditangkap, ditahan secara sewenang-wenang, dan didakwa makar dan pemufakatan makar karena keterlibatannya dalam aksi protes damai menolak rasisme pada tahun 2019. Tuliskan #PesanPerubahan dan desak Presiden RI Joko Widodo untuk melindungi hak Orang Asli Papua dalam berekspresi dan berpendapat saat melakukan aksi protes damai tentang rasisme dan diskriminasi!
|
Caption Pemerintah Indonesia mengumumkan rencana untuk mengembangkan aktivitas penambangan di Blok Wabu terlepas dari lokasinya yang terletak di Intan Jaya, sebuah titik panas konflik dan represi di mana masih banyak pelanggaran HAM berat yang terus terjadi dan belum terselesaikan. Dengan menuliskan #PesanPerubahan kamu dapat membantu untuk mendesak Menteri ESDM dan Menkopolhukam untuk tundah proses perizinan penambangan Blok Wabu dan tuntaskan pelanggaran-pelanggaran HAM di Papua!
|
Caption Fatia Maulidiyanti resmi menjadi tersangka dengan tuduhan melakukan pencemaran nama baik dan dijerat dengan pasal 27 UU ITE hanya karena mendiskusikan hasil laporan terkait penambangan Blok Wabu. Mari tulis #PesanPerubahan dan desak Kepala Kepolisian Republik Indonesia untuk menghentikan proses penyidikan terhadap Fatia Maulidiyanti, serta desak Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk merevisi pasal-pasal bermasalah dalam UU ITE yang dapat mengancam kebebasan berpendapat dan berekspresi! |
| Bacaan Tambahan | Bacaan Tambahan | Bacaan Tambahan | Bacaan Tambahan |
Dukung Kampanye Amnesty International Indonesia Lainnya!
Selain kasus yang ada dalam program PENA, Amnesty International Indonesia juga sedang mengkampanyekan kasus-kasus pelanggaran HAM lainnya loh! Kamu bisa membaca, mempelajari, dan berkontribusi dengan cara menandatangani petisi-petisi tersebut di sini.
Daftar Menjadi Relawan
Apabila kamu ingin berkontribusi secara lebih lanjut bersama Amnesty International Indonesia, kamu dapat mendaftarkan diri menjadi relawan di sini.
Jangan lupa ikuti kabar Amnesty International Indonesia melalui:
Twitter: @amnestyindo
Instagram: @amnestyindonesia
Facebook: Amnesty International Indonesia